Pendahuluan
Anak adalah amanah dari Allah SWT — karunia yang dipercayakan kepada orang tua untuk dijaga, dibimbing, dan dididik. Dalam agama Islam, pendidikan anak bukan semata soal akademik atau keterampilan duniawi, melainkan tentang membentuk karakter, akidah, akhlak, dan kepribadian mulia. Oleh karena itu, cara mendidik anak yang baik adalah dengan merujuk pada sunnah Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan terbaik bagi umat.
Banyak orang tua di zaman sekarang terjebak pada pola asuh modern yang kadang melupakan dasar agama, atau sebaliknya terlalu kaku tanpa mempertimbangkan kondisi psikologis anak. Artikel ini hadir untuk menggabungkan esensi sunnah dengan pendekatan bijak dan penuh kasih sayang — agar anak tumbuh sebagai pribadi muslim yang beriman, berakhlak mulia, dan mampu menghadapi kehidupan dengan baik.
Mengapa Mendidik Anak Sesuai Sunnah Itu Penting
- Anak sebagai Amanah dan Titipan
- Dalam pandangan Islam, anak bukan sekadar “milik” orang tua, melainkan titipan dari Allah SWT. Orang tua diamanahi untuk menjaga, membimbing, dan mendidiknya agar kelak tumbuh menjadi manusia shaleh/shalehah.
- Membangun Pondasi Iman dan Akhlak Sejak Dini
- Masa kecil — terutama 0–7 tahun — adalah periode emas dalam perkembangan anak. Pada masa inilah pendengaran, penglihatan, dan hati nurani anak sangat peka terhadap pengaruh lingkungan. Jika diisi dengan pendidikan agama, nilai-nilai tauhid, akhlak, dan adab, maka akan tertanam kuat dalam jiwa anak.
- Meneladani Sunnah Nabi Muhammad SAW
- Nabi Muhammad SAW adalah figur teladan dalam menjalani kehidupan rumah tangga, mendidik anak, dan membentuk keluarga. Dengan meniru cara beliau dalam mendidik — dengan kelembutan, kasih sayang, adab, dan hikmah — orang tua bisa membangun generasi yang tidak hanya pintar dunia, tapi juga saleh, berakhlak, dan beradab.
- Menyiapkan Bekal Dunia dan Akhirat
- Tujuan pendidikan Islami bukan semata sukses dunia — tapi juga sukses di akhirat. Dengan akidah kuat, akhlak mulia, rasa tanggungjawab, dan karakter baik, anak akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan agama.
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Parenting Islami (Sesuai Sunnah)
Dalam menerapkan cara
mendidik anak sesuai sunnah, ada beberapa prinsip dasar yang perlu dipahami oleh orang tua:
- Kasih sayang dan kelembutan: Orang tua harus mendidik anak dengan kasih sayang, sabar, tidak keras atau kasar.
- Keteladanan (contoh nyata): Anak sangat mudah meniru. Apa yang dipraktikkan orang tua (shalat, adab, akhlak, kejujuran, sedekah, dsb) lebih berkesan daripada sekadar nasehat.
- Keadilan dan perhatian terhadap hak anak: Jika ada lebih dari satu anak, orang tua harus bersikap adil — dalam kasih sayang, hak, nafkah, perhatian, dan pendidikan.
- Memperhatikan lingkungan dan pergaulan: Anak perlu dibimbing untuk memilih teman baik, lingkungan yang Islami, dan aktivitas positif. Lingkungan yang baik memperkuat pendidikan agama dan karakter.
- Pendidikan sesuai usia & tahap perkembangan: Metode, pendekatan dan materi pendidikan harus disesuaikan dengan usia dan tahap akal anak. Misalnya, ajaran agama dan akhlak bisa dimulai sejak usia sangat dini dengan cara sederhana.
Praktik Nyata: Cara Mendidik Anak Sesuai Sunnah Setiap Hari
Berikut ini cara-cara praktis yang bisa diterapkan orang tua dalam kehidupan sehari-hari agar anak tumbuh sesuai sunnah:
1. Tanamkan Tauhid dan Pendidikan Agama Sejak Dini
- Kenalkan anak kepada Allah SWT — bahwa Allah pencipta, pengatur alam semesta — lewat hal sederhana sehari-hari: melihat alam, mendengar suara burung, melihat langit, dsb. Ini membantu anak memahami kebesaran Allah dan bersyukur.
- Ajarkan adzan, membaca Al-Qur’an, do’a sehari-hari, serta nilai-nilai dasar Islam sejak balita. Bahkan beberapa ulama menyarankan memperdengarkan suara Al-Qur’an sejak bayi untuk menanamkan kecintaan terhadap kalam Allah.
- Ketika anak sudah mulai mengerti, ajarkan shalat, adab dalam berdo’a, dzikir, dan ibadah lain sesuai kemampuannya.
Dengan cara ini, anak terbiasa hidup dalam suasana religius, sehingga nilai-nilai tauhid dan ketaqwaan melekat sejak kecil.
2. Jadilah Teladan: Orang Tua Sebagai Guru Pertama
- Orang tua harus menjaga akhlak dan adab di rumah — karena anak akan meniru: kejujuran, sopan santun, keadilan, kerendahan hati, sedekah, kasih sayang, salat tepat waktu, dan lain-lain.
- Hindari pertengkaran, perilaku negatif, atau bentakan di depan anak — karena itu bisa menjadi contoh buruk dan melekat di ingatan mereka.
- Jangan hanya memberi nasehat — tunjukkan konsistensi. Misalnya, jika Anda mengajarkan kejujuran, orang tua pun harus jujur. Jika Anda mengajarkan salat, tunjukkan dengan rutinitas salat Anda sendiri.
3. Ajarkan Akhlak, Adab, dan Tanggung Jawab
- Didik anak untuk memiliki akhlak mulia: jujur, sopan, lemah lembut, empati, bertanggung jawab terhadap keluarga dan lingkungan.
- Ajarkan adab terhadap orang tua, tetangga, teman, serta semua makhluk — ini bagian dari sunnah.
- Berikan tanggung jawab sederhana sesuai usia: misalnya merapikan mainan, membantu pekerjaan ringan, menjaga kebersihan — agar anak belajar disiplin dan rasa tanggung jawab. Ini akan membentuk karakter mandiri dan bertanggung jawab.
4. Pilih Lingkungan dan Teman yang Baik
- Lingkungan dan teman sangat memengaruhi karakter anak. Ajarkan anak untuk memilih teman dengan akhlak baik, memiliki pendidikan agama, dan membawa pengaruh positif.
- Jika memungkinkan, libatkan anak dalam aktivitas komunitas Islam, seperti pengajian anak, halaqah, sekolah/madrasah Islam, atau kegiatan sosial Islami agar tumbuh dalam lingkungan yang mendukung iman dan akhlak.
- Hindari lingkungan yang membawa pengaruh buruk: pergaulan negatif, tontonan tidak Islami, perilaku menyimpang. Lingkungan yang sehat membantu anak tetap istiqamah dalam kebaikan.
5. Berkomunikasi dengan Lembut, Hindari Bentakan & Kekerasan
- Menurut penjelasan dalam pendapat ulama dan dai kontemporer, sikap lemah lembut sangat ditekankan dalam mendidik anak.
- Hindari membentak, memarahi dengan suara keras, atau menghina anak — karena dapat merusak harga diri dan mental anak.
- Bila perlu disiplin, lakukan dengan cara yang penuh kasih sayang, adil, dan bijak — bukan dengan amarah atau kekerasan.
6. Keadilan, Hak Anak, dan Memenuhi Kebutuhan Mereka
- Jika ada lebih dari satu anak, orang tua harus berlaku adil — bukan hanya dalam hal materi, tapi juga kasih sayang, perhatian, kesempatan, dan pendidikan.
- Pastikan hak dasar anak terpenuhi: kebutuhan fisik, pendidikan, perlindungan, kasih sayang, bimbingan agama, dan lingkungan yang sehat.
- Anak yang hak-haknya terpenuhi akan tumbuh dengan rasa aman, percaya diri, dan mampu menghargai hak orang lain — dasar karakter Islami.
7. Sesuaikan Metode dengan Usia dan Tahap Perkembangan Anak
- Pada bayi dan balita, fokus pada pengenalan agama, doa, adab sederhana, cinta Al-Qur’an, lingkungan Islami.
- Saat anak memasuki usia sekolah / remaja: perkuat pendidikan agama, ajarkan pemahaman Islam, akhlak, tanggung jawab, dan persiapan masa depan.
- Berikan contoh nyata dan bimbingan sesuai tingkat kematangan mereka. Jangan paksa — tetapi ajak dengan hikmah dan kasih sayang.
Tantangan dan Solusi dalam Mengimplementasikan Parenting Sunnah di Zaman Modern
Mendidik anak sesuai sunnah tentu tidak selalu mudah, terutama dalam konteks modern: arus digital, pengaruh luar, gaya hidup cepat, tekanan sosial, serta perbedaan budaya. Berikut beberapa tantangan yang umum dan cara mengatasinya:
🔸 Tantangan: Lingkungan dan Pergaulan Modern
Anak bisa terpapar tontonan, media sosial, pergaulan, dan teman-teman yang tidak Islami — yang bisa merusak nilai.
Solusi:
- Pilih lingkungan yang Islami: rumah, sekolah, komunitas, teman sebaya.
- Batasi akses terhadap tontonan/hiburan negatif, awasi media sosial, dan edukasi anak tentang nilai halal–haram, baik–buruk.
- Libatkan diri Anda sebagai orang tua dalam aktivitas mereka: ngobrol, mendampingi, membimbing.
🔸 Tantangan: Orang Tua Sibuk / Kurang Waktu / Stress
Kesibukan kerja, rumah, tekanan hidup kadang membuat orang tua sulit memberi perhatian penuh.
Solusi:
- Jadwalkan waktu khusus untuk anak: mengaji bersama, bermain, bercengkerama — walaupun singkat, konsistensi lebih penting daripada durasi.
- Manfaatkan momen sehari-hari sebagai sarana mendidik: sebelum tidur, saat makan, jalan-jalan — ajarkan doa, adab, syukur.
- Berkomunikasilah secara lembut, penuh kasih sayang — hindari bentakan karena stres.
🔸 Tantangan: Kurangnya Pengetahuan Orang Tua tentang Parenting Islami / Sunnah
Tak semua orang tua memahami cara mendidik anak sesuai sunnah dengan benar — kadang hanya ikut-ikutan.
Solusi:
- Orang tua perlu belajar: membaca buku parenting Islam, mengikuti kajian, berdiskusi dengan ustadz/ustadzah, atau mengikuti komunitas pengasuhan Islami.
- Setelah belajar, implementasikan dengan konsisten: baik dalam perkataan maupun perbuatan — karena anak meniru dari contoh nyata.
- Saling mendukung antara ayah-ibu: parenting adalah tanggung jawab bersama.
🔸 Tantangan: Perbedaan Karakter dan Kebutuhan Anak
Setiap anak unik — ada yang pendiam, aktif, sensitif, cerdas, lembut, keras kepala, dan lain-lain. Tidak ada pendekatan tunggal yang cocok untuk semua.
Solusi:
- Kenali karakter dan potensi anak: dengan observasi, komunikasi, kasih sayang.
- Sesuaikan metode: ada anak cocok dengan nasihat lembut, ada yang memerlukan dorongan, ada yang butuh pujian — gunakan cara yang tepat.
- Beri ruang tumbuh dan bereksplorasi dalam koridor Islam: aktivitas bermanfaat, hobi positif, sosial, belajar — agar anak tumbuh seimbang.
Meneladani Sunnah: Apa Saja yang Bisa Dicontoh dari Nabi Muhammad SAW?
Mengacu pada literatur dan ulama yang membahas parenting Islami, berikut aspek–aspek dari sunnah yang bisa dijadikan pedoman:
- Rasulullah SAW mendidik dengan kelembutan dan kasih sayang, bukan keras kepala atau bentakan.
- Beliau menjadikan diri sebagai teladan: perilaku sehari-hari, adab, akhlak, ibadah — semua dilakukan oleh beliau, sehingga sahabat dan kaum muslim meniru.
- Memberi perhatian adil terhadap anak-anak, tidak membeda-bedakan dengan cara merugikan.
- Mengajarkan agama sejak dini — iman, tauhid, adab, ibadah — sesuai dengan tahapan pemahaman anak.
- Memperhatikan lingkungan yang baik — memilih teman, aktivitas positif, lingkungan Islami.
Praktik Parenting Sunnah: Contoh Rencana Hari-hari untuk Orang Tua
Berikut contoh sederhana bagaimana orang tua bisa mengatur hari demi hari agar pendidikan anak sesuai sunnah berlangsung konsisten:
| Waktu / Momen | Aktivitas / Praktik | Tujuan |
|---|---|---|
| Pagi — Bangun & Persiapan | Orang tua shalat berjamaah, doa bersama, ucap asma-Allah, dzikir | Anak melihat teladan ibadah & ingat Allah sejak pagi |
| Sarapan / Makan Bersama | Ajarkan doa sebelum dan sesudah makan, ucap syukur, adab makan (sopan, rapi) | Tanamkan adab, rasa syukur, kebersamaan keluarga |
| Dalam Perjalanan / Aktivitas Sehari-hari | Gunakan bahasa baik, sopan santun terhadap semua — ayah-ibu saling menghormati, menghargai orang lain | Anak belajar adab sosial dan menghormati orang lain |
| Waktu Luang / Main | Bacakan kisah dari Al-Qur’an, kisah nabi, cerita Islami; ajarkan doa-doa kecil; bermain sambil mengajarkan kerja sama, tolong-menolong | Tanamkan akidah, moral, dan nilai-nilai Islam dengan cara menyenangkan |
| Sebelum Tidur | Doa bersama, baca surah pendek, ingatkan bersyukur, berbicara lembut, ajarkan adab tidur — misalnya menjaga kebersihan, niat tidur, doa malam | Membentuk habit Islami, ketenangan spiritual, cinta agama |
| Ketika Anak Mulai Besar / Sekolah | Ajarkan sholat, adab berteman, tanggung jawab tugas sekolah atau rumah, ajak berdiskusi — dengarkan pendapat anak, bimbing dengan kasih sayang | Anak tumbuh mandiri, bertanggung jawab, berakhlak dan beriman |
Dengan konsistensi, pola di atas bisa membentuk karakter Islami dalam diri anak, sekaligus mempererat ikatan orang tua-anak.
Peran Orang Tua: Tanggung Jawab & Amanah — Bukan Sekadar Profesi
Memahami bahwa mendidik anak sesuai sunnah bukan pekerjaan ringan. Dibutuhkan kesabaran, komitmen, konsistensi, serta keteladanan. Berikut beberapa hal yang perlu diingat orang tua:
- Anak bukan proyek — melainkan amanah. Tujuan utama bukan sekadar sukses akademik, karier, atau materi, tapi membentuk manusia yang beriman, berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan bermanfaat.
- Pendidikan anak adalah investasi jangka panjang — bukan hasil instan. Mungkin di awal hasilnya tidak langsung terlihat, tetapi dengan didikan agama dan akhlak, buahnya akan tampak ketika mereka dewasa.
- Orang tua pun harus terus belajar — tentang agama, psikologi anak, metode mendidik yang Islami dan bijak. Parenting yang efektif butuh ilmu, kesadaran, dan adaptasi terhadap zaman.
- Komunikasi dan kasih sayang adalah kunci — anak perlu merasa dicintai, dihargai, aman. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah menerima ajaran, nasehat, dan bimbingan.
Mitos & Kesalahpahaman tentang Parenting Islami — dan Klarifikasinya
Terkadang ada anggapan atau pandangan keliru terkait parenting Islami:
❗ Mitos: “Anak Harus Disekolahkan di Pesantren/sekolah Islam Agar Benar-Benar Islami”
Klarifikasi: Memang lingkungan Islami penting. Tapi pendidikan Islam bisa dimulai di rumah — dengan adab, ibadah, akhlak, dan bimbingan sehari-hari. Sekolah atau pesantren bisa mendukung, namun fondasinya adalah di rumah.
❗ Mitos: “Parenting Sunnah Itu Kaku, Tidak Bisa Ditoleransi Perubahan Zaman”
Klarifikasi: Prinsip sunnah bersifat fleksibel dalam hal metode. Intinya: akidah, akhlak, adab, kasih sayang, keadilan — ini bisa diterjemahkan sesuai konteks zaman, tetap Islami dan relevan.
❗ Mitos: “Kalau Anak Sering Disuruh Salat dan Ibadah, Mereka Akan Terbebani / Trauma”
Klarifikasi: Bila dilakukan dengan hikmah, cinta, dan teladan — bukan paksaan atau kekerasan — anak akan tumbuh cinta pada ibadah. Ibadah diajarkan sebagai bagian dari hidup, bukan beban.
❗ Mitos: “Orang Tua Harus Sempurna Dulu, Baru Bisa Mengajari Anak”
Klarifikasi: Memang ideal jika orang tua shalih/shalihah. Tapi kebaikan dimulai dari niat. Sambil memperbaiki diri, orang tua bisa belajar bersama anak — membangun keluarga Islami bersama-sama.
Mengapa Artikel Ini Juga Relevan untuk Anda — Orang Tua di Indonesia
Sebagai orang tua di Indonesia, kita hidup di tengah ragam pengaruh: budaya lokal, modernisasi, globalisasi, media sosial, pendidikan sekuler, pergaulan global. Kondisi ini membuat tantangan dalam mendidik anak sangat besar — apalagi jika kita ingin membentuk generasi muslim yang beriman, berakhlak, dan adaptif terhadap zaman.
Dengan mengadopsi cara mendidik anak sesuai sunnah:
- Kita memberi bekal agama dan iman sejak kecil — pondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan masa depan.
- Kita membentuk karakter Islami — sopan santun, akhlak mulia, kejujuran, toleransi, rasa tanggung jawab, peduli sesama — sangat dibutuhkan di tengah keragaman sosial Indonesia.
- Kita menjaga identitas Islam dalam keluarga — agar anak tumbuh dengan jati diri muslim, tidak mudah goyah oleh pengaruh negatif.
- Kita memenuhi amanah sebagai orang tua — mendidik bukan hanya memberi materi, tetapi juga bimbingan hidup, akhlak, iman, dan bekal akhirat.
Penutup & Refleksi untuk Orang Tua
Mendidik anak sesuai sunnah dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah perjalanan — bukan tujuan instan. Ia butuh niat yang ikhlas, komitmen, sabar, kasih sayang, dan keteladanan. Ketika orang tua berhasil menanamkan iman, akhlak, adab, dan tanggung jawab — anak pun akan tumbuh sebagai manusia yang mulia, berakhlak, dan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan agama.
Jika kita, sebagai orang tua, terus belajar dan berusaha memperbaiki diri sambil membimbing anak dengan cara Islami, maka insya-Allah kita menunaikan amanah dan melahirkan generasi terbaik sesuai sunnah Nabi Muhammad SAW.
Semoga artikel ini memberi inspirasi dan panduan praktis bagi Anda — ayah dan bunda — untuk mendidik buah hati sesuai tuntunan Islam.
