Pendahuluan
Kelahiran seorang anak merupakan momen penuh syukur bagi setiap orang tua. Dalam tradisi Islam, salah satu wujud rasa syukur tersebut adalah dengan melaksanakan ibadah Aqiqah — yakni penyembelihan hewan atas nama anak yang baru lahir. Aqiqah bukan hanya menandai kelahiran dan rasa syukur, tetapi juga sebagai doa agar sang anak memperoleh keberkahan, dilindungi, dan memperoleh nama baik di dunia maupun akhirat.
Namun, meskipun praktik ini dikenal luas, banyak orang tua yang masih bertanya-tanya: kapan waktu terbaik untuk melaksanakan aqiqah menurut fiqih Islam? Apakah benar harus dilakukan hari ke-7? Apakah boleh ditunda? Bagaimana pendapat ulama dalam hal ini? Artikel ini akan membahas secara mendalam — berdasarkan referensi fiqih dan tradisi — tentang waktu
pelaksanaan aqiqah yang tepat, fleksibilitasnya, hingga panduan praktis bagi orang tua muslim.
Pengertian dan Hukum Aqiqah dalam Islam
Sebelum membahas waktu pelaksanaannya, penting untuk memahami apa itu aqiqah dalam perspektif Islam.
- Secara harfiah, “aqiqah” berasal dari bahasa Arab yang bermakna “memotong” — merujuk pada pemotongan rambut bayi yang baru lahir, maupun pemotongan hewan sebagai bagian dari ibadah.
- Secara terminologi fiqih, aqiqah adalah penyembelihan hewan ternak (umumnya kambing atau domba) sebagai tanda syukur atas kelahiran seorang bayi.
- Dalam hukum Islam, aqiqah dikategorikan sebagai sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) menurut mayoritas ulama.
- Meski demikian, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama: sebagian — seperti menurut mazhab Hanafi — memandang aqiqah sebagai mubah (boleh), bukan mustahab (sangat dianjurkan).
- Namun jika sebelumnya telah dinazarkan (dipromise) — misalnya orang tua bernazar jika dikaruniai anak maka akan mengaqiqahkannya — maka aqiqah menjadi hukumnya wajib.
Dengan demikian, aqiqah adalah amalan sunnah (atau wajib jika dinazarkan) yang bertujuan menzahirkan rasa syukur, doa perlindungan, serta memperkuat ikatan sosial — bukan sebagai beban, melainkan sebagai ekspresi kasih sayang dan tanggung jawab orang tua.
Waktu Pelaksanaan Aqiqah Menurut Fiqih — Pandangan Ulama
Salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan aqiqah adalah kapan waktu yang paling tepat. Berikut rangkuman pandangan para ulama berdasarkan literatur fiqih:
✅ Hari Ke-7 — Waktu Sunnah Paling Utama
-
Sebagian besar ulama sepakat bahwa hari ketujuh setelah kelahiran bayi adalah waktu paling utama untuk melaksanakan aqiqah. Ini berdasarkan hadits dari Samurah bin Jundub, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, pada hari itu rambutnya dicukur dan dia diberi nama.”
- Waktu ini lazim dipilih karena bertepatan dengan sunnah-sunnah terkait kelahiran: pengucapan nama, mencukur rambut bayi, serta doa syukur atas kelahiran.
- Dengan pelaksanaan aqiqah pada hari ke-7, maka seluruh rangkaian ritual — nama, cukur rambut, dan penyembelihan hewan — bisa dilaksanakan bersamaan, sesuai tuntunan sunnah.
Karena itu, banyak ulama dan masyarakat muslim yang berusaha melaksanakan aqiqah pada hari ke-7 sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengikuti sunnah Nabi ﷺ.
📆 Alternatif: Hari ke-14, ke-21, atau Kapanpun Setelahnya
Meskipun hari ke-7 adalah yang paling utama, Islam juga memberi kelonggaran bagi orang tua yang tidak bisa melaksanakan aqiqah tepat pada hari ke-7 karena alasan tertentu — misalnya kondisi ekonomi, kondisi bayi, atau kesibukan keluarga. Berikut alternatif waktu yang diperbolehkan menurut pandangan para ulama:
- Ada pendapat dari ulama seperti Imam Ahmad bin Hanbal bahwa jika tidak memungkinkan pada hari ke-7, maka aqiqah bisa dilakukan pada hari ke-14. Dan bila masih belum memungkinkan, pada hari ke-21.
- Bahkan menurut sebagian ulama kontemporer, jika setelah hari ke-21 belum juga bisa, aqiqah masih diperbolehkan kapan saja — selama kondisi telah memungkinkan. Dengan catatan, niat (niyyah) aqiqah tetap dilaksanakan dengan ikhlas.
- Dalam pandangan ini, perbedaan antara “waktu ada’” (waktu ideal) dan “waktu qadla” (waktu pengganti) sering disebutkan. Hari ke-7 masuk dalam waktu ada’, sedangkan pelaksanaan di luar hari ke-7 — seperti ke-14, ke-21, atau bahkan lebih — termasuk waktu qadla, dibolehkan karena situasi atau hambatan tertentu.
Dengan demikian, meskipun hari ke-7 adalah waktu paling utama, Islam sangat memudahkan bagi keluarga muslim untuk melakukan aqiqah kapan saja selama ada kemampuan — tanpa menjadikan mereka terbebani atau merasa tertekan.
🕊️ Boleh Dilakukan Setelah Dewasa?
Menariknya, sebagian ulama juga membolehkan pelaksanaan aqiqah meskipun bayi sudah dewasa, misalnya ketika ia sudah besar atau bahkan sudah beranjak dewasa — asalkan niat untuk aqiqah masih ada dan hewan disembelih khusus untuk aqiqah.
Artinya: bagi orang tua yang belum sempat atau menunda aqiqah, bukan berarti aqiqah tak bisa dilaksanakan sama sekali. Asalkan niat jelas dan sesuai syariat, aqiqah masih sah.
Kenapa Hari Ke-7 Dianjurkan — Hikmah & Filosofi
Mengapa hari ke-7 begitu ditekankan dalam fiqih dan tradisi Islam? Berikut beberapa hikmah dan filosofi di balik penetapan hari tersebut:
-
Mengikuti Sunnah Nabi ﷺ secara tepat
— Pelaksanaan pada hari ke-7 merupakan sunnah yang sangat dianjurkan berdasarkan hadits shahih. Dengan demikian, orang tua berusaha meniru Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam menyambut kelahiran anak. -
Keterpaduan ritual kelahiran
— Hari ke-7 seringkali menjadi momen untuk sekaligus memberi nama (nusyuz), mencukur rambut bayi, dan menunaikan aqiqah. Hal ini memudahkan keluarga dalam mengorganisir acara secara bersamaan — tidak terpisah-pisah. -
Simplicity & keberkahan sosial
— Dengan melakukan aqiqah di hari ke-7, orang tua menunjukkan rasa syukur segera setelah kelahiran — tanpa penundaan yang tak perlu. Hal ini juga menjadi momentum mengundang keluarga dan teman Muslim, mempererat silaturahmi, serta berbagi daging aqiqah kepada yang membutuhkan. -
Kemudahan dan fleksibilitas
— Islam tidak membebani umat jika kondisi sulit — karena aqiqah bukan wajib — sehingga memberi ruang penundaan tanpa mengurangi validitas aqiqah. Ini mencerminkan kasih sayang dan fleksibilitas syariat bagi umat.
Pendapat Ulama & Perbedaan Mazhab
Seperti halnya banyak persoalan fiqih lainnya, pelaksanaan aqiqah dan waktu terbaiknya juga tidak lepas dari perbedaan pendapat di kalangan ulama/mazhab:
- Mazhab Syafi’iyah & Hambali: menjadikan hari ke-7 sebagai waktu sunnah utama, tetapi memperbolehkan pelaksanaan di luar itu jika ada alasan.
- Mazhab Hanafi: memandang aqiqah sebagai mubah (boleh), bukan sunnah muakkadah — sehingga tidak terlalu menekankan waktu, dan memberi kebebasan pelaksanaan kapan saja.
- Pendapat kontemporer: banyak ulama kontemporer menerima fleksibilitas — bahwa aqiqah bisa dilakukan bahkan saat anak sudah dewasa, asalkan dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai syariat.
Dengan demikian, meskipun ada perbedaan, ada titik temu: aqiqah sah dilakukan kapan saja setelah kelahiran — asalkan hewan dipotong setelah bayi lahir dan niat jelas.
Praktik Nyata dan Layanan Aqiqah di Indonesia (Contoh: Syiar Aqiqah Surabaya)
Dalam praktik kontemporer di Indonesia, banyak orang tua memilih menggunakan layanan profesional untuk membantu melaksanakan aqiqah — terutama bagi mereka yang sibuk atau tidak memiliki kemampuan untuk memotong dan memasak sendiri hewan aqiqah. Salah satu contohnya adalah layanan dari Syiar Aqiqah Surabaya.
👉 Sekilas tentang Syiar Aqiqah Surabaya
- Mereka menawarkan paket “masak” hewan aqiqah (kambing betina/jantan, matang jadi menu siap saji) dengan harga bervariasi.
- Layanan ini memudahkan keluarga muslim — terutama di kota besar seperti Surabaya — untuk tetap menjalankan sunnah aqiqah tanpa harus repot menyembelih, memotong, dan memasak.
- Dengan layanan semacam ini, orang tua bisa fokus pada makna spiritual dan keluarga — sementara urusan teknis dikelola oleh penyedia layanan. Hal ini tentu sangat berguna bila waktu lahir anak bersamaan dengan kesibukan kerja atau keterbatasan lingkungan.
📝 Implikasi dari Layanan Kontemporer
Kehadiran layanan seperti Syiar Aqiqah Surabaya menunjukkan bahwa tradisi aqiqah tetap relevan dan adaptif dalam konteks modern. Meskipun banyak keluarga tinggal di kota, rumah dengan lahan terbatas, atau tidak memiliki keterampilan memasak hewan— mereka tetap bisa menjalankan sunah dengan nyaman.
Namun demikian, penting bagi orang tua untuk tetap menjaga niat ikhlas (niyyah), serta memastikan hewan yang disembelih memenuhi syarat syar’i (sehat, cukup umur, tidak cacat) — sebagaimana prinsip umum penyembelihan dalam Islam.
Batas Waktu: Sampai Kapan Aqiqah Diperbolehkan?
Banyak yang bertanya: “Kalau saya tidak sempat aqiqah saat bayi, bolehkah nanti ketika anak sudah besar?” Berikut penjelasan berdasarkan pandangan fiqih:
- Menurut sebagian ulama, aqiqah boleh dilakukan sampai kapan saja setelah kelahiran, asalkan dilakukan setelah bayi lahir dan dengan niat aqiqah. Hal ini berlaku bahkan jika bayi sudah dewasa atau baligh.
- Namun, idealnya aqiqah dilakukan ketika bayi masih kecil — agar makna syukur, pelaksanaan sunnah pencukuran rambut/penamaan, dan doa perlindungan bisa bersamaan dan memiliki nilai spiritual lebih kuat.
- Jika ada keterlambatan karena alasan tertentu (ekonomi, kondisi), penting untuk tetap melaksanakan secepat mungkin ketika memungkinkan — karena aqiqah adalah bentuk syukur atas kelahiran, bukan hanya sekadar tradisi sosial.
Dengan demikian, batas waktu aqiqah bersifat fleksibel dalam syariat — tetapi semangat utama tetap: segera sujud syukur setelah bayi dilahirkan.
SEO & Tips Praktis Pelaksanaan Aqiqah di Indonesia
Karena banyak orang tua muslim di Indonesia (termasuk di kota besar seperti Surabaya) ingin melaksanakan aqiqah tanpa repot, berikut beberapa tips praktis agar aqiqah bisa sesuai syariat dan tetap nyaman — terutama jika menggunakan jasa layanan:
-
Pahami Sunnah dan Niat (niyyah) — Pastikan niat aqiqah jelas untuk anak Anda. Niat adalah inti dari ibadah, dan tanpa niat ikhlas, pahala bisa berbeda.
-
Pilih Waktu Ideal (Hari ke-7) jika memungkinkan — Jika ada kesempatan dan kondisi mendukung, berusahalah melaksanakan aqiqah pada hari ke-7 setelah kelahiran.
-
Fleksibel bila Ada Halangan — Bila pada hari ke-7 belum memungkinkan (karena ekonomi, kondisi bayi, dll.), jangan khawatir: aqiqah tetap sah bila dilakukan lebih belakangan — 14, 21, atau kapan saja setelahnya.
-
Gunakan Layanan Aqiqah Profesional — Bila tidak punya kemampuan menyembelih & memasak, gunakan layanan aqiqah seperti Syiar Aqiqah Surabaya, yang menyediakan paket siap saji — sehingga Anda bisa fokus pada acara syukuran dan doa.
-
Pastikan Syarat Hewan Terpenuhi — Hewan aqiqah harus sehat, cukup umur, tidak cacat — sama seperti hewan kurban. Ini penting agar aqiqah sah menurut syariat.
-
Bagikan Daging & Lakukan Syiar Sosial — Bagian dari hikmah aqiqah adalah berbagi dengan keluarga, kerabat, dan orang yang membutuhkan — menjadikan aqiqah sebagai sarana keberkahan dan silaturahmi.
Ringkasan Pokok: “Waktu Pelaksanaan Aqiqah yang Tepat”
| Waktu Pelaksanaan | Status dalam Fiqih | Catatan / Ketentuan |
|---|---|---|
| Hari ke-7 setelah kelahiran | Sunnah muakkadah (utama) | Ideal — sesuai sunnah Nabi ﷺ, bersamaan dengan nama & cukur rambut |
| Hari ke-14 atau ke-21 | Dibolehkan (cadangan) | Jika tidak memungkinkan pada hari ke-7 |
| Waktu lain setelah bayi lahir (termasuk saat dewasa) | Sah, asalkan niat aqiqah dan syarat terpenuhi | Pelaksanaan tetap valid meskipun tertunda lama |
Kesimpulan & Saran
Pelaksanaan aqiqah adalah salah satu sunnah mulia dalam Islam — sebagai bentuk syukur atas karunia kelahiran seorang anak, doa keberkahan, dan wujud tanggung jawab orang tua menuju anaknya. Meskipun hari ke-7 setelah kelahiran adalah waktu yang paling utama, Islam menunjukkan keleluasaan: aqiqah tetap bisa dilakukan kapan saja sesuai kemampuan — baik 14 hari, 21 hari, maupun di kemudian hari saat sudah dewasa.
Bagi orang tua masa kini di kota-kota besar seperti Surabaya, di mana kesibukan dan keterbatasan ruang mungkin menjadi tantangan, layanan aqiqah profesional (seperti Syiar Aqiqah Surabaya) bisa menjadi solusi praktis. Yang paling penting bukan sekadar pelaksanaan fisik, tetapi niat tulus (ikhlas) dan kepatuhan terhadap syariat — sehingga aqiqah menjadi ibadah yang diterima dan membawa berkah bagi anak dan keluarga.
Semoga artikel ini membantu Anda memahami dengan jelas kapan waktu terbaik melaksanakan aqiqah menurut fiqih Islam, serta memberikan panduan praktis jika Anda atau keluarga berencana menjalankannya.
